Kamis, 11 April 2013

PENCEGAHAN HIV DI KALANGAN GWL ( Gay, Waria Laki- laki Seks dengan Laki-Laki )



Saat ini Indonesia sedang dilanda Epidemi HIV/ AIDS, akibatnya adalah terjadinya peningkatan pasien dengan berbagai macam gejala penyakit karena berkurangnya zat kekebalan tubuh (anti body). Berkurangnya antibody tersebut karena dirusak oleh virus HIV, demikian penjelasan Hariadji Sugito, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi. Oleh Karena itu, upaya pencarian kasus HIV/ AIDS melalui pemeriksaan darah harus dilakukan secara gencar di setiap daerah. Sehingga langkah preventif pada ODHA untuk memperbaiki kualitas hidup ( Prolonging of life ) dapat diantisipasi jauh lebih baik bila ditemukan sejak dini, demikian imbuhnya.
HIV ( Human Immunodefisiency Virus ) merupakan virus yang menyerang  sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh menjadi sangat rentan terhadap masuknya kuman-kuman penyakit lain. AIDS ( Acquired Immune Deficiency Syndrome ) adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya system kekebalan tubuh. Penularan HIV dari seseorang yang menderita HIV kepada orang lain adalah melalui cairan tubuh yaitu melalui darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu yang menderita HIV . Dunia memang nyata, dunia memang aneh, dunia memang penuh dengan Fenomena. Kata mutiara ini memang tepat sekali.
Penderita HIV di Banyuwangi pertama kali ditemukan pada tahun 1999 dan dari tahun ke tahun jumlah penderita semakin  meningkat. Penemuan penderita HIV/AIDS berkisar 20 -27 orang setiap bulan bahkan pada bulan Februari 2012 ditemukan 44 kasus. Jumlah penderita HIV/AIDS didominasi oleh usia produktif yaitu usia 21-40 tahun. Dari jumlah tersebut kaum perempuan mendominasi dengan agka 593 kasus, pria sebanyak 504 kasus dan waria dengan jumlah 22 kasus. Sehingga total kasus HIV sampai dengan akhir Maret 2012 berjumlah 1119 kasus. Dari kasus tersebut paling banyak ditularkan melalui transmisi seksual yakni 76%, disusul penularan melalui darah sebanyak 14%.
Melihat besarnya angka penularan melalui transmisi seksual tersebut, maka sangat wajar ketika perhatian penanggulangan di fokuskan pada pola transmisi ini. Salah satu program penanggulangan yang dilakukan adalah pencegahan penularan HIV melalui transmisi seksual pada kalangan Gay, Waria, Laki-laki seks dengan laki-laki ( GWL ).
Kalangan GWL ini mungkin masih asing bagi masyarakat Banyuwangi,  tetapi hasil mapping atau pemetaan yang dilakukan Dinas Kesehatan bersama dengan LSM peduli HIV/ AIDS, komunitas ini ternyata memang ada di Banyuwangi. Jumlahnya komunitas yang cukup besar membuat Dinas Kesehatan, Komisi Penanggulangan AIDS dan LSM peduli AIDS membuat program pencegahan HIV dikomunitas ini. Komitmen ini dikuatkan dengan dimulai program pencegahan penularan HIV/ AIDS pada komunitas GWL yang di buka oleh Wakil Bupati Banyuwangi selaku Ketua Pelaksana Komisi Penanggulangan AIDS kabupaten Banyuwangi pada pertemuan di aula Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi tanggal 17 dan 18 April 2012. Untuk tanggal 17 April 2012 sosialisasi dilakukan pada  MUI, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Fatayat, Aisyiyah, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan Stake holder terkait, LSM dan komunitas GWL. Sedangkan untuk tanggal 18 April 2012 sosialisasi dilakukan kepada Satuan Polisi Pamong Praja ( SATPOL PP).
Narasumber pada acara tersebut adalah Koordinator program HIV/ AIDS Dinas Kesehatan propinsi Jawa Timur  Acara menjadi semakin hidup ketika panitia mengadakan testimony dengan
menghadirkan komunitas Gay dan Waria. Banyak pertanyaan berkaitan dengan latar belakang mereka mejadi Gay dan Waria. Jawaban unik pun keluar dari para waria dan Gay tersebut. Mereka mengatakan bahwa menjadi  waria tersebut sudah sejak kecil, sehingga sampai kapanpun mereka tidak akan berubah menjadi laki-laki sebenarnya. Berbagai upaya sudah dilakukan oleh keluarganya, bahkan ada yang diikutkan karate sampai Ban Hitam, tetapi memang karena dorongan yang kuat untuk menjadi seperti wanita meski bentuk tubuhnya seperti orang laki-laki.
Diskusi berjalan sangat hidup sehingga semua pertanyaan dapat dijawab dengan sangat memuaskan. Bahkan ada usulan dari MWC NU Banyuwangi untuk bisa bertemu dengan komunitas GWL dan memberikan ceramah agama secara terjadwal. Usulan tersebut disambut gembira oleh perwakilan komunitas GWL yang hadir. Diskusi terus berlanjut hingga tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 12.30 WIB, sehingga acara sudah harus diselesaikan. Rencana tindaklanjut acara tersebut  adalah adanya program penjangkauan, pendampingan pada komunitas GWL, dengan harapan angka kejadian HIV/ AIDS pada komunitas ini bisa diatasi.
Program pencegahan HIV/ AIDS pada komunitas GWL hanya merupakan salah satu solusi program penanggulangan HIV/ AIDS, masih banyak komunitas yang lebih besar yang juga harus kita perhatikan. Sehingga tahap akhir dari program ini adalah Banyuwangi Bebas HIV/ AIDS dengan menekankan pada 3(tiga)  titik Nol (zero).
-          Zero new infection ( Menurunnya jumlah  kasus baru HIV serendah mungkin ).
-          Zero discrimination (Menurunnya tingkat diskriminasi serendah  mungkin ).
-          Zero AIDS related deaths (Menurunnya angka kematian AIDS serendah mungkin)

Sudah banyak hal yang kita lakukan tetapi kasus HIV masih belum dapat ditanggulangi secara optimal. Ini karena kita masih menganggap bahwa permasalahan HIV/ADS ini hanya tanggung jawab pemerintah saja tetapi juga menjadi tanggung jawab masyarakat. Apabila peran serta dan kerjasama masyarakat dalam mengatasi masalah tersebut tidak ada maka niscaya kasus HIV/ AIDS ini tidak akan pernah terselesaikan.
Salah satu peran penting masyarakat dalam upaya penanganan kasus HIV/AIDS adalah dengan membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat, menghindari Free sex dan Narkoba dan segera memeriksakan diri bila anda termasuk orang yang beresiko terkena HIV/ AIDS.
Ada 11 (sebelas) faktor resiko orang  yang bisa tertular HIV/ AIDS, antara lain :
  1. Aktif secara seksual dengan banyak pasangan ( ganti – ganti pasangan seksual)
  2. Aktif secara seksual dengan pekerja seks.
  3. Aktif secara seksual dengan pasangan HIV.
  4. Aktif secara seksual dengan pasangan IDU ( Pengguna NAPZA Suntik ).
  5. Pengguna NAPZA Suntik.
  6. Memiliki tatto.
  7. Pernah mendapat kekerasan seksual ( diperkosa )
  8. Pernah berbagi alat/ jarum suntik.
  9. Pernah terkena / tertusuk alat suntik bekas pakai.
10. Pernah terkena penyakit kelamin
11. Pernah kontak dengan darah orang lain tanpa alat pelindung (APD)

Apabila ada salah satu saja dari faktor resiko diatas,  maka segeralah datang ke klinik VCT terdekat untuk mendapatkan konseling dan test HIV. Hal ini penting karena deteksi dini HIV ini akan dapat menolong orang tersebut untuk segera diobati dan dilakukan tatalaksana sehingga kualitas kesehatan dan kualitas hidup orang tersebut dapat menjadi lebih baik. Selain itu deteksi dini ini akan dapat memutus rantai penularan HIV, karena bagi orang yang belum tertular akan lebih berhati-hati dalam berperilaku dan bagi yang sudah tertapapar HIV atau yang biasa disebut dengan Orang dengan HIV/ AIDS ( ODHA ) akan didampingi oleh manajer kasus untuk tidak menularkan kepada orang lain.
Kepedulian kita akan nasib bangsa ini adalah salah satu bentuk perjuangan untuk masa depan bangsa dan anak cucu kita, satukan tekad, kuatkan niat, mari tangan saling berjabat dan selanjutnya  kepalkan dan serukan ”MARI BERSAMA KITA ATASI HIV/AIDS, DEMI MASA DEPAN BANYUWANGI YANG LEBIH BAIK”.  (Seksi P2 Dinas Kesehatan Kab. Banyuwangi)



http://dinkes.banyuwangikab.go.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar