Kamis, 11 April 2013

TB MDR



TB MDR atau  Multi Drug Resisten Tuberculosis (MDR- TB)  adalah TB resisten obat terhadap minimal 2 (dua) obat anti TB yang paling Poten yaitu INH (isoniazid) dan Rifamfisin secara bersama – sama atau disertai resisten terhadap obat anti TB lini pertama lainnya seperti ethambutol, Streptomicin, dan pirazinamide.
TB XDR atau TB Extensively (Extremely) Drug Resisten  adalah TB MDR di tambah dengan resistensi terhadap : Quinolone dan salah satu OAT Injeksi lini kedua ( misalnya : kanamycine).
Berdasarkan  WHO global report  2011 tercatat bahwa Indonesia sebagai no-9 dari 27 negara “high burden MDR TB countries” dengan , perkiraan insidensi TB MDR: 6.100/th.
Implikasi Peningkatan Epidemi TB MDR salah satunya adalah peningkatan beban pembiayaan kesehatan secara signifikan :
  • Biaya 1 Kasus TB Reguler sekitar Rp. 400 ribu s/d Rp.1,2 Juta
  • Biaya 1 kasus TB MDR > Rp. 100 Juta
Diagnosis dan pemantauan pengobatan TB MDR lebih rumit. Diagnosis TB MDR di lakukan dengan menggunakan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman terhadap obat (drug sensivity Test/DST). Pemeriksaan tersebut harus dilaksanakan di fasilitas laboratorium yang telah tersertifikasi dalam pemeriksaan biakan uji kepekaan obat. Sertifikasi diperlukan untuk menjamin mutu hasil pemeriksaan sehingga tidak terjadi salah diagnosis karena pengobatan TB MDR yang lebih lama.
Laboratorium tersebut diatas hanya ada 5 tempat di Indonesia yaitu :
  1. Laboratorium Mikrobiologi UI Jakarta
  2. Laboratorium RS Persahabatan Jakarta
  3. BBLK (Balai besar Laboratorium Kesehatan) Bandung
  4. BBLK Surabaya
  5. Laboratorium Nechri di Makasar.
TB MDR dapat di sembuhkan, tetapi  pengobatan TB MDR membutuhkan waktu sekitar 18-24 bulan dengan menggunakan paduan obat yang mengandung obat anti TB lini kedua yang harganya jauh lebih mahal dan penanganan lebih sulit.
Regimen pengobatan TB MDR ini jumlah obatnya jauh lebih mahal dan  banyak serta efek samping yang disebabkan juga lebih berat.
Untuk menghindari terjadinya MDR TB kita harus melakukan dan  menyadari peran dan fungsi masing – masing dalam penanggulangan penyakit TB.
Bagi kelompok penderita TB adalah dengan selalu berobat teratur dan tidak ada yang mangkir minum obat.yaitu dengan mematuhi anjuran dokter/ petugas kesehatan. Tidak menghentikan pengobatan secara sepihak sebelum waktunya. Dan bila ada efek samping / gangguan penyerapan obat segera konsultasikan kepada petugas kesehatan.
Sedangkan peran dari petugas kesehatan itu sendiri berupa :
  • Mendiagnosis  dengan tepat
  • Pengobatan  menggunakan paduan yang tepat
  • Dosis, jenis, jumlah obat dan jangka waktu pengobatan yang adekuat
  • Penyuluhan kepada pasien yang  adequat .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar